“Mbelik” merupakan Bahasa jawa. Jika dalam Bahasa Indonesia, ”Mbelik” bisa diartikan sebagai “sumber mata air”. Bukan berbentuk sumur. Karena pada umumnya Mbelik merupakan air rembesan. Atau cekungan-cekungan dangkal yang berada ditebing ataupun pinggir sungai.
Demikian pula yang ada di wilayah Padukuhan Krengseng. Di wilayah RT 101, di salah satu pekarangan rumah warga. Terdapat sebuah mata air yang telah bertahun-tahun digunakan warga sebagai mata air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tidak tahu siapa yang pertama kali yang memberi nama tempat itu dengan sebutan “mbah mbelik”. Tidak terlihat angker, namun hawa sejuk dan dingin acap kali menyelimuti tempat ini. Area kurang lebih 150 meter persegi di antara pohon-pohon hutan seperti jati, mahoni,dan akasia serta aren menambah sejuk tempat ini. Beberapa orang tua menceritakan mata air “mbah mbelik” airnya tidak perbah surut. Diambil atau tidak airnya tetap dibatas atas cekungan. Menurut salah satu tokoh masyarakat Mbah Marwoto menceritakan dulunya mata air mbah mbelik ini digunakan masyarakat untuk mengaliri sawah dul ngabean (Bulak Ngulakan)
Meskipun berbentuk cekungan dangkal, Mbah Mbelik dibentuk seperti galian sumur. Dengan kedalaman 2 meter, tempat ini dibangun dengan diberikan pelindung berupa bangunan rumah kecil berukuran 1x1 meter dengan berpagar kayu. Bagi masyarakat sekitar tempat ini begitu dikeramatkan. Konon beberapa cerita tempat ini ada penunggunya, seperti diceritakan oleh mbah Kemo sebagai juru kunci mbah mbelik. Masyarakat sering menggunakan mata air mbah mbelik sebagai obat yang dipercaya bisa menyembuhkan beberapa penyakit. “Nek ana lara lapane wong sekitar kene. Banyune mbah mbelik kui isa digunake dadi tombo. Diwedake, diombe langsung, apa dicampurke nang jembangan”. Cerita mbah Kemo. (jika da masyarakat yang sakit, air dari mata air mbah mbelik bisa digunakan sebagai obat. Dibalurkan, diminum langsung atau dicampurkan sebagai kebutuhan dapur).
Di tempat ini juga, setiap hari jumat kliwon atau selasa kliwon masyarakat sekitar mengadakan gelar budaya baritan.
Baca juga: http://hargorejo-kulonprogo.desa.id/index.php/artikel/2021/8/29/krengseng-baritan-dan-kepungan
Penulis : Kemiyati Wirono
(SN’e)