Pada bulan Sya'ban dalam kalender hijriah atau sering disebut dengan 'sasi ruwah' dalam kalender jawa, masyarakat Jawa, termasuk di wilayah Kalurahan Hargorejo melaksanakan tradisi Ruwahan. Tradisi ini juga dilakukan dalam rangka menyambut datangnya bulan suci Ramadhan.
Tradisi Ruwahan memiliki beberapa makna dan tujuan, seperti mengirim doa untuk para leluhur yang sudah meninggal, dapat juga dilakukan untuk memohon ampunan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Ruwahan juga dapat dilaksanakan dengan tradisi nyadran, kenduri, muqoddaman/tadarus Al-Qur'an dan tahlil oleh warga sebagai lantunan doa dan ungkapan terima kasih atas limpahan rezeki, berkah hidup, dan keselamatan dalam bekerja.
Sebagaimana sudah menjadi kebiasaan warga secara turun temurun yang dilakukan oleh masyarakat Hargorejo setiap tahunnya, terdapat satu hari (misal hari Minggu) yang digunakan warga untuk bersama-sama membersihkan kompleks pemakaman. Biasanya warga yang ikut serta dalam kegiatan adalah ahli waris atau yang anggota keluarganya dimakamkan di pemakaman tersebut. Bersih makam ini biasanya dilaksanakan mulai dari pagi hari pukul 06.00 WIB hingga lebih kurang pukul 09.00 WIB.
Dengan semangat kebersamaan dan gotong royong, bersih makam juga dapat menjadi momen silaturahmi bagi warga dan kerabat apabila tidak memiliki cukup waktu untuk saling berkunjung ke rumah. Selain itu, umumnya setelah kegiatan bersih makam juga terdapat waktu istirahat dan menikmati hidangan makanan ringan bersama. Hal tersebut juga menjadi momen untuk berbincang, bahkan berdiskusi seputar kegiatan sosial kemasyarakatan.
Sedangkan pada umumnya kegiatan kenduri, muqoddaman, atau tahlil dilaksanakan pada malam hari, umumnya selepas waktu isya'. Kegiatan tersebut menjadi kesempatan warga untuk memperdalam pemahaman terhadap agama dan Al-Qur'an serta doa bersama untuk kebaikan dan kesejahteraan masyarakat.
Hingga saat ini, tradisi bersih makam dan ruwahan masih rutin dilaksanakan setiap tahun oleh masyarakat Hargorejo, dan harapannya tradisi ini tetap dapat dilestarikan dan tidak terkikis oleh perubahan zaman. (Annisa Istika)