Sebagai salah satu tradisi yang digunakan untuk mengenang kejadian dimasa lampau, napak tilas masih dilakukan hingga kini untuk menghormati budaya leluhur. Sebagai contoh yang dilakukan oleh warga Padukuhan Sangkrek RT 44 RW 12 pada Sabtu malam (29/07/2023) di jalan perempatan Longopan samping rumah warga. Kegiatan napak tilas baritan Suronan ini dipimpin oleh dukuh dan kaum/ro’is Sangkrek dan dihadiri oleh puluhan kaum laki-laki RT 44. Selain doa bersama, tak lupa sesaji lengkap juga tersaji di tengah-tengah hadirin. Sesaji tersebut terdiri dari nasi tumpeng, ayam ingkung, pisang dan lauk pauk.
Baritan sendiri adalah tradisi turun temurun yang diadakan setahun sekali, tepatnya pada bulan Muharram (penanggalan Hijriyah) atau Suro (penanggalan Jawa). Pada intinya, tradisi tersebut diadakan sebagai ungkapan rasa syukur warga atas karunia yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Menurut tradisi leluhur, baritan juga dimaksudkan sebagai tolak bala untuk mengusir bencana dan wabah penyakit. Melansir dari kemdikbud.go.id., baritan dilakukan melalui beberapa syarat diantaranya upacaranya harus diadakan di perempatan jalan dusun karena barada di tengah-tengah sehingga memudahkan masyarakat berkumpul yang berasal dari empat arah jalan dusun yang merupakan bertemunya poncoboyo di perempatan tersebut. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat bisa mengusir bala bencana dari tempat tersebut . (Ajru Fajriyah)
Sumber : Koesdiyono