Mendengar kata Junkfood bagi sebagian kita bukan sesuatu yang baru, tapi kata ini mungkin asing bagi telinga kebanyakan orang di desa. Walaupun faktanya banyak masyarakat desa juga sudah mulai mengkomsumsi yang kita sebut Junkfood.
Apa itu junkfood??, sederhananya junkfood adalah makanan sampah, kanapa sampah?, kata sampah ditujukan karena di dalam makanan yang kita sebut junkfood ini lebih banyak kandungan nutrisinya yang tidak dibutuhkan oleh tubuh, sehingga ketika kita mengkomsumsinya bukan membuat tubuh kita semakin sehat tapi malah mengalami gangguan kesehatan, seperti obesitas, hipertensi, kangker, dan banyak potensi penyakit berbahaya lainnya.
Junk foodadalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada makanan yang memiliki kandungan nutrisi rendah dan tinggi kalori, gula, garam, dan lemak jenuh. Makanan ini umumnya diproses secara cepat dan dijual dalam kemasan praktis.
Nah, dari istilah diatas mungkin bisa dijadikan koreksi manakah konsumsi keseharian kita atau keluarga kita yang lebih banyak, apakah makanan yang diolah praktis, atau secara tradisional?. jika masyarakat desa sudah mulai merasa untuk mengolah makanan sendiri itu ribet dan lebih merasa terbantu dengan adanya makanan cepat saji, mungkin informasi akan sangat relevan supaya kita lebih berhati-hati.
Adanya Anggapan Yang Salah
Efek dari masifnya perkembangan teknologi sangat berpengaruh bagi kehidupan kita, termasuk pengaruhnya pada pilihan makanan yang akan kita konsumsi. Tanpa sadar dengan melihat tontonan melalui tv, media sosial, atau youtube kita mengkonsumsi banyak sekali iklan. Mungkin terlihat sepintas lalu tapi faktanya pola konsumsi kita, termasuk pilihan makanan kita, sangat dipengaruhi iklan yang kita tonton.
Masifnya iklan produk makanan cepat saji yang berseliweran di layar gadged kita mampu mempengaruhi cara kita mengkomsumsi sebuah produk makanan. Contoh kecil iklan ayam goreng, atau makanan cepat saji lainnya seperti burger, pizza, atau berbagai makanan kemasan lainnya mampu menanamkan kesan bahwa ketika kita mengkonsumsi makanan mereka kita terlihat lebih keren, kekinian, dan terkesan mengkonsumsi makanan orang kaya seperti yang gambarkan dalam sebuah iklan. Bahkan iklan juga mampu mempengaruhi alam bawah sadar kita, atau bahkan anak-anak kita bahwa mengkomsumsi makanan tersebut adalah bagian kenikmatan hidup, dan untuk mempertahankan kenikmatan itu kita harus selalu mengkonsumsinya. Ketika pesan iklan sudah tertanam dalam alam bawah sadar kita itu akan berlangsung jangka panjang bahkan secara tidak sadar juga akan diwariskan dari generasi ke generasi.
Pertanyaan selanjutnya, seberapa bahayakah efek dari junkfood ini?, sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal Circulation pada tahun 2019 menemukan bahwa konsumsi makanan cepat saji (fast food) yang tinggi dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung dan kematian dini. Studi ini melibatkan lebih dari 100.000 orang dan menyimpulkan bahwa setiap peningkatan 15�lam konsumsi makanan cepat saji dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian 8% secara keseluruhan. Dampak buruk junkfood juga meningkatkan jumlah penderita obesitas di Indonesia, data dari Global Burden of Disease Study 2019, diperkirakan bahwa sekitar 21,7�ri populasi dewasa di Indonesia mengalami obesitas. Ini berarti lebih dari 1 dari 5 orang dewasa di Indonesia memiliki masalah obesitas. Kita sekarang ini memasuki suatu kondisi bahwa banyak kematian di dunia didominasi oleh banyaknya makan bukan karena kelaparan.
Kearifan Tradisional
Untungnya kita masyarakat desa memiliki kearifan dalam mengolah makanan, selain jenisnya yang beragam juga bagaimana kearifan dalam mengolah dan menyajikan makanan. Sebenarnya kearifan ini adalah benteng dari gempuran industrialisasi makanan melalui fastfood atau juga makanan junkfood. Kearifan ini yang seharusnya terus diwariskan dari generasi ke generasi bahwa mengolah makanan sendiri itu selain lebih sehat juga memiliki filosofi budayanya. Ada beberapa hal yang menjadikan makanan tradisional itu lebih baik.
Pertama, makanan tradisional memiliki gizi yang seimbang, karena biasanya terdiri dari bahan-bahan alami, seperti sayuran, biji-bijian, buah-buahan dan juga daging segar. Kedua, makanan tradisioal lebih sehat karena tidak mengandung bahan-bahan kimia, seperti pengawet buatan, pemanis buatan, atau pewarna buatan, penggunaan bahan-bahan alami ini sehat bagi tubuh. Tidak seperti junkfood yang banyak mengandung zat-zat aditif yang merusak tubuh kita. Ketiga, makanan tradisional memiliki kelezatan yang alami, pengolahan makanan tradisional yang penuh dengan rempah, dan bahan segar memberikan kelezatan yang autentik serta menggugah selera. Sedangkan kelezatan dari junkfood seringkali didapatkan dari bahan-bahan kimia seperti pengganti rasa atau penguat rasa yang memberikan efek candu tanpa disadari.
Itulah berbagai kelebihan yang tidak bisa kita dapatkan dari mengkonsumsi junkfood. Makan-makanan yang asal-asalan itu memang enak dan murah, tapi kita juga harus berfikir bagaimana dampaknya untuk tubuh kita dalam jangka panjang. Mengkonsumsi fastfood atau junkfood boleh-boleh saja asal tidak berlebihan dan bukan menu harian, pilihlah makanan yang lebih sehat, bergizi seimbang karena itu bagian dari investasi kesehatan kita. Wallahu A’lam. ( Mansur )