Masih ingatkah kalian dengan salah satu permainan tradisional yang dinamakan gobak sodor? Gobak sodor atau yang disebut juga dengan galah asin atau galasin merupakan permainan grup yang terdiri dari 2 kelompok. Masing-masing kelompok terdiri atas 3-5 anak. Permainan ini biasanya dilakukan di lapangan ataupun di halaman rumah dengan membentuk garis segiempat (persegi panjang) yang dibagi menjadi 6 bagian. Sedangkan garis batas dari setiap bagian diberi tanda menggunakan kapur tulis ataupun media lain seperti batu dan potongan genting. Pada tengah lapangan diberi garis sebagai tempat atau jalan kapten (sodor).
Pada permainan gobak sodor, kelompok yang mendapat giliran untuk menjaga lapangan terbagi menjadi 2, yaitu anggota yang menjaga garis batas horizontal dan garis batas vertikal. Dengan kata lain, satu kelompok akan menjadi kelompok jaga dan kelompok lain akan menjadi lawan. Penentuan kelompok biasanya dilakukan oleh kapten dengan suten/suit/pingsut. Kelompok yang mendapat giliran jaga akan menjaga garis horizontal dan vertikal. Pemain yang mendapat tugas menjaga garis horizontal bisa bergerak ke kanan dank e kiri untuk menghalangi lawan yang berusaha melewati garis batas. Sedangkan pemain yang bertugas menjaga garis vertikal yang terletak di tengah lapangan dan bebas bergerak dari depan ke belakang atau sebaliknya. Bagi tim yang menjadi lawan harus berusaha melewati garis mulai dari garis terdepan hingga garis paling belakang, kemudian kembali lagi ke garis awal melewati penjagaan lawan tanpa tersentuh oleh tim jaga.
Melalui permainan ini, banyak terkandung nilai-nilai luhur, antara lain nilai religius, kejujuran, kecerdasan, ketangguhan, kedemokratisan, kepedulian, nasionalisme, kepatuhan, kesadaran hak dan kewajiban, serta tanggungjawab. Beberapa manfaat yang didapat melalui permainan ini menurut Novi Mulyani antara lain mengajarkan kebersamaan, kerjasama, serta melatih ketangkasan,strategi, kecepatan serta kecerdikan. (Ajru Fajriyah)
Sumber : Novi Mulyani, M.Pd.I
Sumber foto : kejarcita.id