Sering kita mendengar kasus perceraian terjadi akhir-akhir ini, mulai dari kalangan artis sampai dengan orang-orang di sekitar kita. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti faktor ekonomi, perbedaan nilai dan norma, ketidakcocokan dalam hubungan, kesetiaan yang dipertanyakan, dan banyak lagi.
Dilansir dari website Harian Jogja, di Kabupaten Kulon Progo terjadi perceraian sebanyak 1.806 perkara dalam kurun waktu 3 tahun. Fenomena ini tidak hanya mempengaruhi pasangan yang bercerai, tetapi juga anak-anak yang terlibat dalam situasi tersebut.
Perceraian dapat berdampak negatif bagi anak-anak yang terlibat. Anak-anak sering kali merasa terluka, terasing, dan kehilangan ketenangan batin. Mereka mungkin merasa bersalah karena perceraian orang tua mereka, meskipun itu tidak sepenuhnya salah mereka. Selain itu, anak-anak yang berasal dari keluarga bercerai cenderung lebih mungkin untuk mengalami masalah emosional dan perilaku, seperti depresi, kecemasan, perilaku yang tidak terkendali, dan masalah akademik.
Namun, perceraian juga dapat memiliki dampak positif pada keluarga. Pasangan yang tidak lagi bahagia dalam hubungan mereka dapat memilih untuk berpisah dan memulai hidup baru, yang mungkin lebih baik bagi mereka dan anak-anak mereka. Perceraian juga dapat menjadi kesempatan bagi pasangan untuk belajar dari kesalahan mereka dan menghindari masalah yang sama di masa depan.
Untuk mengurangi dampak negatif perceraian pada anak-anak, orang tua harus berusaha untuk menjaga hubungan yang baik setelah perceraian. Orang tua harus menunjukkan dukungan dan cinta kepada anak-anak mereka, dan tidak membuat mereka merasa bersalah atas keputusan perceraian. Penting juga untuk memfasilitasi hubungan yang sehat antara anak-anak dan orang tua yang tidak tinggal bersama, dan memastikan bahwa anak-anak tetap terlibat dalam keputusan yang mempengaruhi hidup mereka.
Selain itu, masyarakat dapat membantu mengurangi angka perceraian dengan mendukung pasangan dalam hubungan mereka. Hal ini dapat dilakukan dengan menyediakan dukungan emosional dan sumber daya untuk pasangan yang sedang mengalami masalah dalam hubungan mereka. Masyarakat juga harus memberikan pendidikan yang lebih baik tentang pentingnya hubungan sehat dan bagaimana mempertahankan hubungan yang baik.
Dalam hal ini, pendidikan sejak dini sangat penting. Anak-anak harus diajarkan nilai-nilai positif tentang hubungan antar manusia, seperti kesetiaan, kepercayaan, dan komunikasi yang baik. Pendidikan juga dapat membantu anak-anak memahami bahwa perceraian bukanlah akhir dari dunia, dan bahwa mereka masih dapat memiliki keluarga yang bahagia meskipun orang tua mereka bercerai.
Perceraian keluarga adalah fenomena yang kompleks dan mempengaruhi banyak orang. Dampak negatifnya pada anak-anak dapat dihindari dengan dukungan dan perhatian dari orang tua dan masyarakat. Dengan pendidikan yang tepat dan dukungan emosional, pasangan dapat mempertahankan hubungan yang sehat dan menghindari perceraian yang merugikan. Oleh karena itu, upaya untuk mengurangi angka perceraian dan dampak negatifnya harus menjadi perhatian utama bagi masyarakat dan pemerintah. (Rullyanto)
Sumber : Harian Jogja