Hargorejo. Melestarikan budaya, terutama budaya Jawa adalah tugas masyarakat agar budaya tersebut tidak punah. Selain itu, banyak sekali kearifan lokal dalam budaya nenek moyang terdahulu yang dapat diambil hikmahnya oleh generasi penerusnya. Salah satu contohnya adalah tradisi Suroan atau biasa disebut Suran. Banyak versi yang biasa digunakan masyarakat untuk memperingati bulan Suro. Ada yang menganggap bahwa bulan Suro adalah bulan yang sakral, lalu memperingati bulan tersebut dengan ritual-ritual mistis. Ada juga yang memperingati dengan ritual keagamaan. Pada intinya, peringatan Suroan dilakukan untuk memohon ketentraman dan berkah yang dilakukan menurut kepercayaan masing-masing.
Di Padukuhan Sangkrek Kalurahan Hargorejo, masyarakat khususnya warga RT.044 RW.012 memperingati bulan Suro dengan mengadakan kenduri bersama. Acara kenduri ini dihadiri oleh kurang lebih 62 orang warga dan tokoh masyarakat yang terdiri dari warga RT.044 dan warga sekitar dari Tangkisan dan Gunung Kukusan. Tradisi kenduri yang dilakukan pada hari Selasa Pahing (09/08/2022) ini terlihat unik dan khas. Diadakan di serambi rumah salah satu warga yang bernama Bapak Samijo, peringatan Suroan kali ini penuh dengan nuansa adat Jawa khas tradisi Suroan. Mulai dari menu khas Suroan yaitu bubur dari kacang hijau, beras merah dan kacang tanah hingga pembungkus nasi berkat yang terbuat dari daun kelapa dan daun jati. Tak hanya itu, lauk dan sayuran (Jawa : janganan) untuk kenduri terbuat dari bahan pangan lokal seperti gori, pepaya dan kluwih.
Acara kenduri diisi dengan membaca tahlil bersama-sama untuk mengirim doa bagi arwah para sesepuh dipimpin oleh Rois Sangkrek, Bapak Yuni Harjo. Walaupun cuaca terlihat kurang mendukung, namun antusias warga untuk datang mengikuti peringatan Suroan tidak surut meski acara yang semula akan dilaksanakan secara terbuka di jalan pertigaan Longopan (Gunung Tugel) diubah tempatnya. Selain melestarikan tradisi yang telah diturunkan oleh nenek moyang, peringatan Suroan kali ini juga berfungsi sebagai sarana pelestarian pangan lokal.
Penulis : Ajru F.