Pernahkah Anda mendengar tentang pepatah Jawa "urip iku urup"?. Secara bahasa, urip artinya hidup, sedangkan urup artinya nyala. Secara istilah dapat diartikan hidup itu hendaknya memberi manfaat bagi orang lain di sekitar kita, seperti nyala lentera yang dapat menerangi sekitarnya. Sekecil apa pun manfaat yang kita berikan, jangan sampai menjadi orang yang meresahkan masyarakat. Dalam sejarah, kalimat tersebut berasal dari Sunan Kalijaga, salah satu Walisongo yang menyebarkan ajaran Islam di tanah Jawa. Namun meskipun berasal dari tanah Jawa, pepatah tersebut berlaku untuk alam semesta.
Menjadi bermanfaat bagi orang lain tidak hanya menghasilkan kebahagiaan bagi orang di sekitar kita, namun juga bagi diri kita sendiri. Hal ini disebabkan oleh adanya hukum timbal balik yang ada di dalam semesta. Jika kita mendatangkan manfaat bagi semesta, maka semesta juga akan memberikan manfaat bagi kita. Sebagai contoh ketika kita membantu membersihkan sampah yang ada di bantaran sungai, maka selain mencegah terjadinya banjir, masyarakat di sekitarnya dapat memanfaatkan air tersebut untuk keperluan sehari-hari. Di sisi lain, alam juga akan memberikan manfaat bagi kita berupa air yang jernih serta hasil tangkapan ikan yang lebih banyak dibandingkan ketika air tercemar oleh sampah.
Banyak sekali para filsuf yang mengkaji tentang tujuan hidup. Namun ternyata para leluhur kita telah mengajarkan pengetahuan yang penting bahwa dalam hidup kita harus bisa memberikan manfaat bagi orang lain. Hal ini bisa kita lakukan mulai dari hal-hal terkecil seperti menjaga kebersihan lingkungan, membantu tetangga yang sedang membutuhkan dan lain sebagainya. Bermanfaat bagi orang lain tidak harus selalu dengan materi, namun juga melalui tindakan. Selain itu, hendaknya dalam setiap tindakan yang kita ambil telah dipertimbangkan terlebih dahulu, apakah akan mendatangkan manfaat bagi orang lain, atau hanya mendatangkan keuntungan pribadi saja.
Penulis: Ajru F.
Sumber foto : https://www.riyadussholihin.com/read/92/urip-iku-urup