Geotopak ini terletak di Kalurahan Hargorejo, Kapanewon Kokap, Kabupaten Kulonprogo, yaitu pada koordinat 402551 mE, 9131149 mS, UTM Zona 49 M. arti penting geotapak ini adalah merekam sejarah pertambangan DIY di masa lampau. Bernama Tambang Mangan, tambang itu memiliki luas 8860 meter persegi. Kata Mangan di nama tambang itu diambil langsung senyawa Mangan yang merupakan komoditas satu-satunya di tambang itu. Keempat pintu tambang yang itu juga saling terintegrasi alias saling berhubungan. Bahkan salah satu terowongan yang bernama PPTM.
Kliripan sebuah dusun yang terjal, pernah memiliki industri tambang Mangan yang cukup besar saat itu pada dekade tahun 1950 an. Tahun 1953 ketika tambang Mangan di Kliripan dibuka pertama kali, Belanda kala itu tahu betul jika di Kliripan ini mengandung harta karun yang sangat berguna bagi Hindia-Belanda. Ketika bangsa Indonesia belum bisa memanfaatkan potensi sumber daya alam, Belanda sudah membawa Mangan ke Eropa.
Pada tahun 1972 perusahaan dijalankan PT Pertambangan Wonokembang Kliripan (PWK), bahkan sempat melakukan ekspor selama dua kali dan setiap kali melakukan ekspor bisa mengirim Mangan seberat 4000 ton. Kendati telah mengirim Mangan seberat 8.000 ton ke Jepang, PT PWK akhirnya tutup di tahun 1976. Dimana PT PWK saat itu tidak mendapat keuntungan akibat biaya produksi yang sudah tidak seimbang dengan pendapataan. Namun pada massa Belanda dan Jepang, tutupnya tambang di karenakan perbedaan kekuasaan, dan setelah Indonesia merdeka baru di mulai lagi sekitar tahun 1950an.
Kliripan pada saat ditambang dulu, daerahnya adalah berbentuk bukit bukit yang di atas nya tumbuh tanaman keras, seperti kelapa itu saja jumlahnya tidak banyak. Hanya lubang, rumah untuk menampung sementara hasil tambang Mangan dan rumah sederhana sebagai kantor serta jalur rel untuk lori yang berkelok. Di dalam tanah sendiri terowongan itu hanya berukuran tinggi 2,5 meter dan lebar 2 meter, di kanan kiri terowongan di pasang kayu penyangga. Saat ini dapat dilihat ada beberapa lubang terowongan vertikal yang sampai saat ini masih tersisa, diperkirakan kedalamannya sekitar 80 - 100 meter.
Dan pada saat ini kondisi Tambang Mangan tidak bisa dimasuki warga. Yang mana seluruh mulut tambang rusak tertimbun tanah dan air. Hal itu disebabkan terowongan Sunoto, Holiday, dan ITB yang berjenis horisontal tertutup timbunan tanah, dan mengakibatkan terowongan PPMT yang berada di atas bukit menjadi sumur karena terowongan lain yang berada di lembah tidak dapat mengaliri air yang ditampung terowongan sedalam 80-100 meter itu.
Jika ada wisatawan yang datang, saat ini pelancong hanya bisa melihat sisa reruntuhan dan benda peninggalan produksi tambang. Benda berupa palu tambang, dongkrak, peta tambang, hingga foto dokumentasi terkait tambang itu disimpan di rumah salah seorang warga Kliripan bernama Warto. "Saat ini yang datang hanya sebatas studi, melihat kadar keasaman dan mineral lainnya di tambang ini," kata Muryanto.
Namun begitu, Dinas Kebudayaang Kulon Progo sedang berusaha mengubah Kliripan dan bekas Tambang Mangan itu. Pada 2018 ini Dinas Kebudayaan mengakuisisi kepemilikan lahan dari warga setempat.
Hal itu dilakukan agar Dinas Kebudayaan dapat membangun fasilitas penunjang Tambang Mangan sebagai wisata edukasi berbasis budaya. Bahkan tidak tanggung, di tahun-tahun mendatang, Dinas budaya akan menganggarkan untuk membangun museum tambang.
"Dinas Kebudayaan akan memberikan bantuan pengembangannya memperhatikan sudah ditetapkan sebagai cagar budaya. Yang perlu diperhatikan adalah pelestarian budaya pertambangan yang sudah ada dari zaman dulu bersama pengembangannya sebagai destinasi budaya dengan pariwisata," Kata Kepala Dinas Kebudayaan Kulon Progo.
Penulis : Adit_Graha Media
(AFA)*SN’e