Nama Sindu cukuplah dikenal dikalangan masyarakat Padukuhan Sindon. Sebuah Padukuhan yang berada diiring timur Kalurahan Hargorejo berbatasan dengan Kalurahan Karangsari. Padukuhan Sindon memiliki urutan ke 14 dari 16 padukuhan yang ada di Hargorejo. Di Padukuhan ini terdiri dari 5 RT dan 2 RW. RT 102-106 dan RW 29, 30 ada di Padukuhan ini. Sejak adanya Kalurahan Hargorejo Padukuhan Sindon telah dipimpin oleh 3 orang Dukuh. Dukuh yang pertama Kromo Sendjoyo, Dukuh Kedua Hadi Subardjo, dan sekarang ini Padukuhan Sindon dipimpin oleh Dukuh Ahmad Safrudin.
Nama Sindu dipercaya masyarakat Sindon adalah nama seorang tetua yang pertama kali tinggal di Padukuhan tersebut. Menurut juru kunci makam Sindu Mbah Tomo, mengatakan “Mbah Sindu atau Kyai Sindu dulunya adalah seorang playon (prajurit pelarian). Agar selalu ingat dengan cikalnya maka nama Sindu dijadikan nama Padukuhan tersebut menjadi Sindon. (belum ada penelitian lebih lanjut)
Makam Sindu ada di wilayah RT 104 RW 29 yang bersebelahan dengan makam Mbagongan. Di wilayah ini sebenarnya ada 3 makam besar, Sindu, Mbagongan dan Nduwet. Untuk selalu mengingat akan cikal bakalnya nama Sindu digunakan masyarakat untuk membranding warga Sindon dengan nama Buyut Mbah Sindu, Sementara untuk Karang Taruna menamai komunitas mereka dengan Sindu Muda. Dan ibu-ibu di Padukuhan ini membentuk komunitas Macan (mama cantik) Sindu.
“Dulu, Mbah Sindu punya burung perkukut”, cerita mbah Tomo. Burung itu tinggal dimakam. Dengan adanya burung ini, masyarakat kemudian mengenal mitos burung perkukut Mbah Sindu. Mbah Tomo menceritakan, dulu kalau burung itu berbunyi maka dalam waktu dekat akan ada orang meninggal dan dimakamkan disana. Jika burung tersebut berbunyi diujung pelepah pohon maka yang meninggal jaraknya jauh dari makam. Jika burung tersebut bertengger ditengah-tengah maka yang meninggal jaraknya tidak terlalu dekat ataupun terlalu jauh. Begitupun jika burung tersebut ada dipangkal pelepah maka yang meninggal adalah orang yang tinggal didekat makam. Mitos ini dipercaya dari tahun ke tahun. Namun telah hilang sejak burung itu sudah tidak kelihatan lagi.
Masyarakat menyebut burung perkutut ini adalah burung kajiman. Diceritakan juga oleh Mbah Tomo, pernah ada seorang warga yang mencoba membawa pulang burung tersebut. Namun hal ini malah menjadikan hewan peliharaan warga tersebut mati semua. Dimakam Sindu, Kyai Sindu dimakamkan bersebelahan dengan makam Nyai Sindu dan Ki Lurah. Sementara masyarakat juga tidak tahu Ki Lurah siapa yang dimakamkan di sana.
Penulis : Kemiyati
Sumber : Mbah Tomo (Juru Kunci Makam Sindu)