Tidak ada seorang pun yang menginginkan pandemi berlangsung. Sesingkat apapun, sudah pasti akan sangat berpengaruh pada perekonomian. Tak terkecuali dengan Ibu Ngesti (50), warga Padukuhan Anjir, Kalurahan Hargorejo ini pun merasakan dampak pandemi dari sisi ekonomi. Himbauan pemerintah untuk tetap di rumah saja, membuat semua kegiatan kemasyarakatan harus dihentikan. Hal tersebut membuat Ibu Ngesti tidak memiliki kegiatan lain selain aktivitas sehari-hari yang memang sebelumnya sudah rutin dilakukan. Selain itu, warung kelontong kecil yang dikelola menjadi sepi pembeli serta beliau tidak dapat membeli barang-barang grosir dikarenakan toko yang menjadi langganan juga hanya melayani secara terbatas.
Sebelumnya, Ibu Ngesti memproduksi gula kelapa yang dihasilkan dari pohon kelapa milik sendiri. Sistem bagi hasil yang diterapkan adalah nira yang diterima setiap tiga hari secara bergiliran dengan tenaga penderes. Gula kelapa yang diproduksi biasanya dijual kepada pedagang untuk dijual kembali ke pasar. Masa pandemi menjadikan penjualan gula kelapa mengalami penurunan, dikarenakan hanya untuk melayani tetangga sekitar. Saat itu, Ibu Ngesti juga memiliki kelebihan beras sehingga beliau berpikir agar dapat memanfaatkan menjadi produk yang bernilai jual. Ide memulai perkembangan usaha pun muncul.
Ibu Ngesti memanfaatkan hasil nira untuk diolah menjadi minuman Gula Kelapa Rasa dengan variasi rasa Jahe, Jahe Serai, dan Jahe Rempah. Beliau yang juga menjadi anggota Desa Prima Hargorejo melakukan beberapa kali percobaan untuk takaran sebelum akhirnya menjadi produk yang siap jual. Sedangkan untuk kelebihan beras yang dimiliki, Ibu Ngesti memanfaatkannya menjadi produk kerupuk legendar yang memiliki 4 variasi rasa, yaitu bawang, cabai, sayur, dan udang rese.
Ibu Ngesti mengatakan bahwa perkembangan variasi rasa yang didapatkan dari produk gula kelapa rasa dan kerupuk legendar tidak tercipta sekaligus, melainkan merupakan hasil dari saran para pelanggan dan orang-orang terdekat. Pada kesempatan yang sama, Ibu Ngesti juga menceritakan bahwa beliau telah memproduksi emping dan pati garut sejak tahun 2009 bersama ibunya. Di mana garut yang sebelumnya dijual pada produsen emping garut, mulai dimanfaatkan menjadi olahan. Olahan garut Ibu Ngesti mulai dipasarkan secara terbatas pada 2014, dengan memenuhi pesanan tetangga sekitar tanpa dilakukan promosi. Tahun 2016, Ibu Ngesti mulai membuka pesanan dengan skala yang lebih luas.
Usaha yang dirintis Ibu Ngesti diberi nama “Ekarini Shop”. Bersamaan dengan ide perkembangan usaha pada tahun 2020, Ibu Ngesti memulai promosinya secara digital. Beberapa platform media sosial dan aplikasi jual beli mulai dijajaki serta telah memiliki beberapa reseller. Ibu Ngesti sudah mengurus izin usaha pada 3 Maret 2021 dan secara konsisten mengikuti beberapa sosialisasi dan pelatihan UMKM. Akan tetapi, masih ada beberapa kendala yang dialami, seperti proses P-IRT yang belum diurus, karena masih dalam tahap perbaikan lokasi produksi agar dapat lolos survei dan perkembangan pemasaran. Beliau berharap, usaha yang dijalani mampu memberikan kepuasan yang lebih maksimal dengan peningkatan pencapaian, serta dapat meningkatkan perekonomian keluarga.
“Allah memberikan segala sesuatunya dengan tepat, mungkin kita yang harus bisa mengambil hikmahnya di balik sebuah peristiwa.” – Ibu Ngesti, Ekarini Shop.
Penulis : Annisa Istika
Editor : Yuli S