You must have JavaScript enabled in order to use this theme. Please enable JavaScript and then reload this page in order to continue.
Loading...
Logo Kalurahan HARGOREJO
Kalurahan HARGOREJO

Kap. KOKAP, Kab. KULON PROGO, Provinsi DI Yogyakarta

PEMERINTAH KALURAHAN HARGOREJO I SOSIAL MEDIA : Instagram @kalurahan_hargorejo I Twitter @pemkalhargorejo I Youtube : Kalurahan Hargorejo

Cinta dan Larangan

Administrator 18 Agustus 2021 Dibaca 411 Kali
Cinta dan Larangan

Hargorejo. Selasa (17/08/2021). Pagi itu setelah selesai membereskan urusan dapur, saya bergegas mandi. Rencananya saya ingin mengikuti upacara peringatan 17an. Bukan disebuah tanah lapang ataupun sekolahan. Bukan pula bersama teman-teman kerja ataupun para pejabat negara. Saya akan mengikuti upacara dirumah pak RT. Sampai dilokasi telinga saya terusik oleh sebuah pertanyaan seorang anak usia 4 tahun kepada ibunya. “mak,  mengko nek mbak eca gawa bendera hanum melu homrat?. Ya,seorang anak perempuan yang bahkan untuk mengatakan hormatpun belum benar. Pertanyaan itupun dijawab anggukan.  Disaat yang sama seorang ibu, mengajarkan cara hormat yang benar pada bendera merah putih ketika dikibarkan. Ibu jari tangan kanan dilipat dengan empat jari yang lain lurus dan diangkat didekat alis kanan.

Disudut yang lain saya melihat seorang laki-laki berpeci hitam dengan usia sekitar 56 tahun tampak termangu duduk dibawah pohon mangga. Entah pikiran apa yang berkecamuk dikepalanya. Seketika dia kaget ketika seseorang menepuk pundaknya. “ayo mbah, gek siap-siap upacarane meh mulai”.

Lima menit kemudian upacara dimulai. Laki-laki  dan perempuan berbagai usia hadir dihalaman rumah pak RT. Berbagai latar belakang pekerjaan peserta menyatu, mengingat  peristiwa 76 tahun lalu. Petani, buruh tani, tukang bangunan, ibu rumah tangga, anak sekolah, pemanjat kelapa, penjual mie ayam, bahkan seorang pencari rumput. Suasana seketika menjadi khidmat dan tenang. Tak ada obrolan, atau bahkan sekedar bisik-bisik. Semua mata tertuju pada setiap petugas yang bergilir menjalankan peranya. Satu persatu rangkaian acara dijalani dengan sangat baik. Meskipun kadang terlihat salah satu peserta upacara usia 3 tahun yang berjongkok karena tidak kuat berdiri tegak.  Atau anak kecil usia  2 tahun yang sesekali memeluk kakaknya dibarisan peserta. Semua keluguan itu tak mengurangi apa-apa. Semua tampak khidmat dan bersemangat mengikuti upacara. 

Ini adalah cerita tentang kondisi tadi pagi. Ketika puluhan warga dusun dengan mengenakan masker serta pakaian sederhana hendak melaksanakan upacara bendera peringatan 17an. Kali pertama,  warga RT ini hendak mengadakan peringatan 17an. Bukan karena mereka baru memiliki rasa nasionalisme. Bukan berarti pula mereka tidak pernah peduli dengan perayaaan kemerdekaan. Tapi  semua itu justru karena rasa nasionalisme yang melekat hebat didada mereka. Karena kecintaan yang luar biasa pada negaranya. Ketika larangan berkerumun dan berkumpul harus mereka terima saat pandemic Covid 19 melanda. 2 tahun sudah anak-anak sekolah mengikuti pembelajaran jarak jauh. Dengan begitu,  tentu begitu banyak kegiatan yang mereka lewatkan. Upacara bendera  salah satunya. Bahkan ketika saya menanyakan kepada salah satua anak usia sekolah yang mengikuti upacara pagi itu, dia berkata “ saya senang bisa ikut upacara. Kangen upacara”. Suasana itu benar-benar berbeda.

Terbayangkan sudah kerinduan mereka pada rutinitas yang telah 2 tahun dikubur. Bahkan untuk upacara bendera yang kadang mereka jongkokpun. Mereka merindukan itu. Merindukan kenakalan-kenalan kecil yang kemudian akan mereka ingat hingga mereka tua.

Pandemi  banyak merubah perilaku manusia. Pada dirinya sendiri, orang lain maupun alam sekitar. Tapi tidak yang saya lihat pada warga dusun ini. Perilaku mereka  pada negara, pada tumpah darah mereka. Bagaimana mereka tetap mengikuti kebijakan aturan pemerintah. Sebelum upacara dimulai pembawa acara mengingatkan bagaimana peserta harus menggenakan masker dengan benar. Mereka mengadakan kegiatan ini bukan berarti abai pada larangan berkerumun. Padukuhan mereka masuk zona hijau.  Wilayah RT ini nol kasus covid. Begitupun mereka tetap mewujudkan kecintaanya dengan tidak mengabaikan larangan yang ada.  Mereka semua adalah warga RT 104. Salah satu RT yang ada di Kalurahan Hargorejo Kapanewon Kokap. Dirgahayu Indonesia. Jadilah seperti sloganmu. Tangguh dan tumbuh. Segeralah pulih.

 

Penulis : Kemiyati

Editor : Indi

Beri Komentar
Komentar baru terbit setelah disetujui oleh admin
CAPTCHA Image

APBDes 2024 Pelaksanaan

Pendapatan
Rp3,421,894,699 Rp3,428,029,699
99.82%
Belanja
Rp3,512,806,699 Rp3,556,005,689
98.79%
Pembiayaan
Rp127,976,678 Rp127,977,366
100%

APBDes 2024 Pendapatan

Hasil Usaha Desa
Rp13,600,000 Rp13,600,000
100%
Hasil Aset Desa
Rp107,710,000 Rp107,710,000
100%
Dana Desa
Rp1,694,238,000 Rp1,700,373,000
99.64%
Bagi Hasil Pajak Dan Retribusi
Rp171,785,308 Rp171,785,308
100%
Alokasi Dana Desa
Rp1,087,739,991 Rp1,087,739,991
100%
Bantuan Keuangan Provinsi
Rp225,000,000 Rp225,000,000
100%
Penerimaan Dari Hasil Kerjasama Antar Desa
Rp55,621,400 Rp55,621,400
100%
Penerimaan Bantuan Dari Perusahaan Yang Berlokasi Di Desa
Rp60,000,000 Rp60,000,000
100%
Bunga Bank
Rp5,000,000 Rp5,000,000
100%
Lain-lain Pendapatan Desa Yang Sah
Rp1,200,000 Rp1,200,000
100%

APBDes 2024 Pembelanjaan

Bidang Penyelenggaran Pemerintahan Desa
Rp1,589,974,340 Rp1,629,109,212
97.6%
Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa
Rp1,092,790,000 Rp1,146,097,200
95.35%
Bidang Pembinaan Kemasyarakatan
Rp410,387,159 Rp404,080,277
101.56%
Bidang Pemberdayaan Masyarakat
Rp233,545,800 Rp254,660,700
91.71%
Bidang Penanggulangan Bencana, Darurat Dan Mendesak Desa
Rp186,109,400 Rp122,058,300
152.48%