Hargorejo.
Siapa lagi yang tidak tahu bangunan khas Jawa Tengah? Ya, Joglo. Bangunan yang satu ini memiliki ciri khas tersendiri. Selain bagian atap yang berbentuk tajug atau menyerupai gunungan, bagian depan rumah joglo juga berbentuk persegi yang memiliki empat tiang sebagai pilar utama. Setiap bagian arsitektur bangunan joglo memiliki filosofinya tersendiri. Atap yang berbentuk trapesium dibentuk menyerupai gunungan, di mana dalam mitologi Jawa, gunung merupakan lambang tempat tinggal para dewa. Keempat tiang yang disebut Soko Guru memiliki makna empat penjuru mata angin. Dalam ajaran kejawen, manusia berada pada suatu titik perpotongan di tengah keempat penjuru tersebut, atau yang lebih dikenal dengan istilah pancer atau manunggaling kiblat papat. Pendapa (bagian depan) rumah joglo ini biasa digunakan untuk menerima tamu. Ruangan yang terbuka menggambarkan keterbukaan pemilik rumah kepada para tamu, sedangkan tempat duduk lesehan menggambarkan bahwa pemilik rumah memiliki kedudukan yang sama dengan para tamu.
Beranjak ke bagian lebih dalam bangunan joglo, ada ruang tengah yang menghubungkan bagian depan dengan ndalem yang disebut pringgitan. Dalam pringgitan, tersimpan makna bahwa manusia merupakan bayang-bayang dari Dewi Sri (dewi padi yang dianggap sebagai sumber segala kehidupan, kesuburan dan kebahagiaan). Ruangan ini biasa digunakan untuk menggelar acara wayangan atau ruwatan.
Di bagian belakang terdapat ruangan yang disebut dalem. Dalem atau ruangan utama tersebut dibagi menjadi tiga bilik (senthong), yaitu senthong kiwa, senthong tengah dan senthong tengen. Senthong kiwa dan senthong tengen pada umumnya digunakan sebagai tempat tidur. Sedangkan senthong tengah merupakan tempat menyimpan barang pusaka.
Penulis: Afa
editor: save