Saya sedang menunggu bapak di Rumah Sakit. Beliau opname beberapa hari ini. Entah karena bibir yang sudah kecut karena tidak merokok atau badan yang telah lelah berbaring, meskipun tensi dan trombosit masih rendah, beliau berulang kali mengajak pulang.
Tadi pagi beliau berkata dalam bahasa Jawa, "Siapke duit pembayaran. Awake dhewe entek pira?".
"Bapak gratis " jawab saya. Waktu pendaftaran saya menggunakan pengobatan Bapak dengan jaminan BPJS PBI. Maklumlah, kami bukan berasal dari keluarga berkecukupan.
Hari ini adalah hari ketiga. Tadi setelah ada kiriman ransum dari Rumah Sakit, aku meminta bapak untuk bangun dan makan. Namun Bapak malah berkata, "Anapa ta jane iki nang kene, kon mangan, turu, tangi ra nyambut gawe. Gek ra mbayar meneh".
"Gapapa pak, semua sudah ditanggung Negara. Bapak disini untuk istirahat".
"Ditanggung pie, Negara ki kudune ndelok-delok. Aku gur kon mangan turu ra nyambut gawe kok ditanggung".
"Mesake sing ngladeni. Aku raisa ngenei apa-apa. Gek mau kayane ana anake pak polisi barang". (Ada anaknya tetanggaku, yang ayahnya seorang polisi menjadi perawat disini).
Bapak didiagnosa gejala tipus. Kemarin demam dan pusing. Tensi dan trombositnya rendah. Terakhir tensi 85/60. Mungkin ini memang penyakit biasa bagi rakyat jelata seperti kami ya?. Sehingga sakitpun Bapak memilih di rumah, gliyak-gliyak golek blarak.
Penulis: kemiyati
Editor: save