Ini pertama kali saya mengikuti program pendataan di warga masyarakat. Kutulis ini sebagai bentuk pengalaman saya. Ternyata pendataan itu tak semudah yang saya bayangkan. Saat Bimtek saja kelihatan mudah dipahami. Namun setelah terjun lapangan ada saja kesulitan. Kalau ada pernyataan dong apa blong? Maka jawabnya saat praktek mendata adalah blong.
Belum lagi saat entri data dan upload data pada aplikasi online yang lama sekali. Super lama gaes. Dari yang berjam-jam mantengi HP., anak yang kadang protes "mamak dolanan HP wae". sampai kadang lupa nyapu, lupa angkat jemuran , lupa pekerjaan yang lain. Saya sering marah marah karena loading yang lama ataupun sinyal yang susah. Balum lagi HP saya bisa dibilang HP kentang. Hal ini jadi membuat saya harus bangun tengah malam demi sinyal yang wus wus.
Namun, ketika semua selesai tepat waktu "Alhamdulillah...lega". Begitulah proses. Tidak ada yang mudah. Tapi jika tetap dijalani semua akan selesai pada waktunya. (hihi jadi puitis saya). Banyak cerita banyak pengalaman yang saya dapat. Satu hal yang penting. Ketika kita survey warga satu persatu, ternyata kita mengetahui kisah hidup mereka. Dari yang terlihat sederhana sekali, namun siapa sangka beliau memiliki jaminan hari tua yang baik. Deposito 250 juta gaes. Padahal kalau kita lihat rumahnya begitu sederhana. Penampilan sederhana. Makan sederhana. Beliau pribadi yang sangat sederhana. Perjuangan berpuluh tahun beliau lalui, hingga akhirnya beliau bisa menabung. Hingga akhirnya bisa mendepositkan gajinya. Bertahun-tahun beliau bekerja sebagai seorang helper lansia di sebuah yayasan. Dan saat ini beliau menuai hasil jerih payahnya. Memiliki target dalam hidupnya sejak kecil dan sekarang sudah terwujud. Hidup di masa tua dengan deposito.
Ada pula kisah yang lain. Ketika aku mendengarkan cerita salah seorang warga yaitu pasangan orang tua yang hidup sangat pas-pasan. Hasil sehari habis dimakan setengah hari. Kerja seminggu libur dua minggu. Namun berkat kesabaran dan kesederhaan serta keyakinan atas limpahan rejeki dari Alloh SWT, mereka bisa menyekolahkan anaknya di pondok hingga lulus SMA. Saya sangat terharu.
Banyak yang tak bisa dipungkiri, ketika saya kunjungi, mereka bertanya tanya tentang bantuan ini itu. Sepertinya setiap kali ada pendataan itu hanya tentang bantuan. Mungkin itulah yang ada di pemikiran sebagian warga. Inilah kesiapan hati dan mental kita untuk menghadapi pertanyaan warga yang semacam ini. Namun begitu, dengan ikut pendataan SDGs saya jadi lebih bersyukur dan berterima kasih pada Alloh tentang hidup ini.
Penulis: Kemiyati
Editor: save