Hargorejo. Masih ingat cerita bulan dimakan Batara Kala? Ya, begitulah legenda itu didongengkan oleh kakek nenek ataupun ibu kita dulu. Kejadian bulan dimakan raksasa kembali menyeruak saat terjadi gerhana bulan seperti malam ini.
Selain itu, dulu saat terjadi gerhana bulan, perempuan hamil harus bersembunyi di kolong tempat tidur ataupun meja dengan keyakinan bahwa dikhawatirkan anak yang dikandungnya akan terlahir cacat dengan bibir sumbing atau mirip bibir raksasa.
Bagi petani setelah gerhana bulan mereka harus menggoyang-goyangkan tanamannya agar bersih dari racun atau segala sesuatu yang menyebabkan gagal panen hingga membuat paceklik.
Bagi ibu rumah tangga, tempayan tempat penampungan air harus ditutup rapat. Mereka akan sibuk membunyikan lesung atau kentongan, membuat keriuhan agar Batara Kala segera memuntahkan bulan sehingga suasana kembali seperti semula.
Itu semua adalah mitos, keyakinan masyarakat dulu. Seiring berkembangnya kemajuan pengetahuan dan teknologi, masyarakat sekarang telah mengetahui bahwa gerhana bulan adalah fenomena alam biasa. Gerhana bulan terjadi ketika bulan, bumi dan matahari berada dalam satu garis lurus dan bumi berada di tengah-tengah antara matahari dan bulan. Bagi umat muslim, fenomena ini sebagai sarana untuk lebih mendekatkan diri dengan mengingat kekuasaan Allah SWT.
Penulis: Kemiyati
Editr; save