Hargorejo. Kita semua pernah bersedih. Pernah jatuh. Sakit dan kecewa. “Jangankan sebuah pencapaian, kita tidak menjadi gila saja itu sudah sangat syukur yang luar biasa”. Iya, banyak yang mengatakan tahun ini adalah tahun yang berat. Kehilangan pekerjaan, tertundanya sebuah rencana bahkan kehilangan kekasih, atau segala liku jatuh kehidupan. “Aku tidak menilai bahwa ini sebuah jatuh, tapi proses” kata temenku. Okelah, semua tentang sudut pandang.
Terkait kesedihan dalam sebuah teori Kubler Ross mengatakan ada 5 fase yang dilalui seseorang dan kemudian bisa pulih atau bahkan menjadi pribadi yang lebih kuat.
Yang pertama adalah penyangkalan . Dimana seseorang tidak terima ketika dia berada dikondisi itu. Hal ini dapat dilihat ketika dia mengatakan “Mosok sih aku positif covid. Aku kan selalu prokes” atau “Tidak mungkin dia meninggalkan saya” lebih sering “tidak mungkin dia meninggal” Dan bentuk-bentuk penyangkalan lainya.
Fase yang kedua adalah marah . Dalam fase marah, seseorang yang sedang bersedih, bisa marah pada orang lain, atau malah menyalahkan orang lain. “Dia akan menyesal telah meninggalkan saya”. “Payah sekali dia”. Dan yang harus segera dipahami dalam fase marah,kita harus bisa berfikir logis lagi.
Ketiga adalah fase menawar . Dimana seseorang yang sedang bersedih akan berandai-andai. “kalau saja aku mendengar apa kata ibuku, tentu hal ini tidak terjadi”. “kalau saja aku tidak meninggalkannya dulu”. “kalau saja aku bertemu denganya lebih cepat”. Fase inilah yang akan sedikit menunda rasa sedih, dan bingung yang akan datang kemudian.
Keempat fase depresi . “Bagaimana saya hidup tanpa dia?””. “Saya harus bagaimana?’. Disinilah rasa putus asa terjadi. Dalam fase ini hal tertepat yang bisa dilakukan adalah bicara pada teman yang dipercaya, atau psikolog.
Dan fase terakhirnya adalah penerimaan . Difase ini seseorang yang sedang bersedih merasa sudah bisa memahami. Dimana dia menyadari yang terjadi padanya adalah sebuah proses. Sebuah bagian perjalanan untuk menjadikannya pribadi yang lebih baik. Seseorang yang sudah pada fase penerimaan bukan berarti dia telah bahagia ataupun telah move on. Tapi penerimaan adalah sebuah awal dimana seseorang kemudian akan bahagia, ikhlas menerima semua yang terjadi padanya. Bahwa semua tak mungkin terjadi tanpa campur tangan Tuhan.
Catatan ini sangatlah terlalu singkat untuk memahami kondisi manusia yang sering rumit. Namun begitu, semoga dapat membantu teman-teman yang sedang mengalami kesedihan. Jangan sampai kita berhenti pada sebuah fase. Sebelum kita menjadi paham, Manusia hanyalah pelakon, wayang yang harus siap dengan semua peran yang diberikan sang Sutradara. Dia tidak akan menguji hamba-Nya di luar kemampuan, di balik kesedihan akan ada kebahagiaan. Setiap kejadian pasti ada hikmahnya.
Penulis : Kemiyati Wirono
Editor : Nura’eni