Hargorejo, Kamis (14/5/2020) Namanya Mas Cep (31 th) salah satu pengepul walang kayu yang saya ajak cerita kemarin tentang kondisi dan dampak dari pandemi ini bagi para pebisnis. Menjadi seorang pengepul walang belumlah lama dijalani. Semua berawal dari kontrak kerja yang selesai di tengah pandemi.
Pandemi menaungi, kontrak kerja selesai namun ada yang harus tetap dilanjutkan. Yaitu hidup. Berbekal membeli walang dari para pencari, Cep mencoba peruntungan. Di awal kegiatan jual beli ini Cep bisa mengumpulkan walang 30 sampai 35 kilo. Namun semakin hari, walang yang dia kumpulkan hanya berkisar 10 kiloan.
Cep biasa menerima walang kayu dari para pencari yang suka mencari walang di daerah Gemulung, Hutan Sangkrek atau Gunung Jeruk. Berbekal memiliki saudara di Wonosari, Cep rela setiap hari bolak balik Kokap Wonosari. Jika kondisi tubuhnya sedang tidak fit dia bergantian dengan ayahnya untuk mengantar pesanan walang tersebut.
Di Wonosari sendiri walang kayu biasa dijadikan cemilan, dengan dibacem ataupun di goreng. Walang jenis ini sudah lama dikonsumsi dan menjadi salah satu makanan ekstrim dari Wonosari (wir)