Hargorejo, Rabu (11032020)
Mitoni atau tingkeban adalah upacara adat dalam rangka 7 bulanan bayi dalam kandungan si ibu. Upacara ini meski berbeda-beda tata cara di berbagai daerah, intinya sama yaitu sebagai bentuk doa keselamatan bagi si ibu dan calon bayinya. Di Jawa upacara tingkeban diawali dengan siraman, kemudian memasukkan telur ayam dalam jarik, pendandanan calon ibu, dilanjut memasukkan buah kelapa ke dalam jarik si ibu dan terakhir mengerami telur. Setiap proses memiliki makna tersendiri. Berbeda dengan di daerah Madura. Cukup sederhana, si calon ibu setelah siraman lanjut berdoa dengan kelompok pengajian ibu-ibu kemudian makan rujak dan minum dawet bersama. Di daerah lain tentu berbeda-beda prosesnya.
Menurut filosofi, siraman bermakna mensucikan lahir dan batin sang ibu dan calon anak. Acara meluncurkan kelapa muda dilanjutkan membelahnya bermakna doa agar si anak lahir selamat. Jualan dawet dan rujak bermakna harapan agar si bayi lancar dalam kelahiran dan mendapat banyak rejeki.
Bagaimana dengan di Kalurahan Hargorejo?
Hari ini di Krengseng, bapak Subardi/Ibu Puji Amaningsih baru saja mengadakan upacara mitoni untuk kehamilan menantu mereka yang sudah berusia 7 bulan. Prosesi upacara hanya dengan genduren mengundang para tetangga untuk berdoa bersama. Cukup sederhana dan hikmat. Sebenarnya upacara sudah dimulai sejak kehamilan berusia 4 bulan, yaitu ketika ruh ditiupkan menurut ajaran Islam. Biasanya para orang tua mengundang anak-anak santri untuk membaca Al Qur'an dan bersodakoh. (Redaktur)