KBR, Warita Desa - Organisasi buruh internasional ILO memperkirakan ke depannya anak-anak muda lulusan vokasi atau sekolah kejuruan bakal kian sulit mendapat kerja.
Masalahnya, pekerjaan-pekerjaan yang biasa ditangani lulusan vokasi kini sudah sangat mungkin dikerjakan mesin, dengan memanfaatkan perkembangan teknologi industri 4.0, robotika, dan artificial intelligence.
Hal itu dijelaskan ILO dalam laporan terbaru mereka Global Employment Trends for Youth 2020: Technology and the Future of Jobs yang dirilis Senin (9/3/2020).
"Dibanding lulusan universitas, anak muda lulusan vokasi lebih banyak menempati bidang kerja yang bisa diotomatisasi," tulis ILO dalam laporannya.
"Keterampilan yang diajarkan lembaga pelatihan vokasi lebih gampang ketinggalan zaman, dibanding keterampilan pemecahan masalah (problem solving) yang diajarkan di universitas," lanjutnya.
ILO memprediksi ke depannya tren otomatisasi pekerjaan akan terus berkembang, baik itu di negara berpenghasilan tinggi (high income), menengah ke bawah (lower-middle income), maupun rendah (low income).
Namun, negara-negara itu akan menghadapi tingkat risiko yang berbeda.
"Negara berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah menghadapi risiko otomatisasi kerja lebih tinggi, dibanding negara-negara OECD (berpenghasilan tinggi)," jelas ILO.
Pekerjaan Vokasional yang Bisa Digantikan Mesin
Berdasar data yang dikumpulkan ILO dari 189 negara, contoh keterampilan atau pekerjaan vokasional yang berisiko tinggi digantikan mesin ialah:
- Akuntan;
- Analis kredit;
- Petugas administrasi;
- Petugas klaim asuransi;
- Telemarketer;
- Manufaktur dan produksi;
- Operator pabrik gas, dan sebagainya.
"Program pelatihan vokasi perlu dimodernisasi, supaya pekerja muda bisa lebih beradaptasi dengan tuntutan ekonomi digital," kata ILO di laporannya.
ILO mencontohkan, modernisasi vokasi itu bisa dilakukan misalnya dengan mengembangkan pelatihan coding, atau pelatihan manajemen teknologi informasi.
Adi Ahdiat
Editor: Ardhi Rosyadi