Masker N95 adalah alat pelindung pernapasan yang dapat menyaring partikel asap kecil di bawah 10 PM. sementara Masker bedah biasa yang sering kita jumpai berwarna hijau dapat menyaring partikel debu besar, diatas ukuran tersebut. jadi masyarakat yang terdampak Karhutla disarankan memakai Masker N95.
Hanya saja tidak semua orang bisa menggunakan masker N95. Orang yang ingin menggunakan masker N95 harus melalui individual fit test untuk menjamin kemampuan proteksi masker terhadap partikel debu.
"Jadi harus lolos fit test dulu. Karena bentuk wajah orang kan berbeda-beda. Kalau langsung dipakai tanpa fit test nanti maskernya bisa tidak pas. Jadi penggunaannya tidak bermakna.
Fit test dilakukan untuk melihat apakah penggunaaan masker N95 dapat menolong atau malah menimbulkan risiko kesehatan. Sebabnya, aada beberapa kelompok yang tidak direkomendasikan untuk menggunakan masker tersebut.
"Misalnya ketika di dalam rumah, pada anak-anak, ibu hamil, orang tua dan lansia. Juga pada pasien penyakit kardiovaskular dan pasien penyakit paru kronik," paparnya.
Penggunaan masker dilarang pada kelompok tersebut karena berisiko menghambat pernapasan. dr Arifin mengatakan partikel-partikel debu yang kecil maupun besar dapat menempel di masker, dan akhirnya malah mempersulit bernapas.
Karena itu dr Arifin mengatakan penggunaan masker bedah biasa juga cukup bermakna. Namun harus dilihat juga siapa yang menggunakan dan kapan penggunaan masker tersebut.
"Kalau petugas di area kebakaran tentu wajib pakai N95. Tapi PDPI menyimpulkan dari beragam penelitian masker bedah biasa masih memiliki makna berguna menghadapi kabut asap ini," pungkasnya. CND