You must have JavaScript enabled in order to use this theme. Please enable JavaScript and then reload this page in order to continue.
Loading...
Logo Kalurahan HARGOREJO
Kalurahan HARGOREJO

Kap. KOKAP, Kab. KULON PROGO, Provinsi DI Yogyakarta

PEMERINTAH KALURAHAN HARGOREJO

[Advertorial] Stop Pneumonia dgn Lingkungan Hidup yang Sehat dan Tata Laksana yang Tepat

Administrator 09 Desember 2019 Dibaca 369 Kali

KBR Warita Hari Pneumonia Dunia telah diperingati tanggal 12 November lalu. Di Indonesia juga rutin diperingati setiap tahun di tanggal yang sama. Pneumonia menyebabkan kematian >800.000 balita setiap tahunnya, lebih dari 2.000 kasus per hari. Sekitar 80% kematian akibat pneumonia pada anak terjadi pada kelompok usia kurang dari dua tahun dan kematian akibat pneumonia paling banyak terjadi di negara berkembang seperti di wilayah Asia Tenggara dan Afrika. Pada tahun 2018 di Indonesia terdapat 19.000 balita yang meninggal akibat pneumonia, artinya lebih dari dua anak meninggal setiap jam akibat pneumonia!

Pneumonia merupakan peradangan pada jaringan paru yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau jamur. Bakteri penyebab pneumonia yang tersering adalah pneumokokus (Streptococcus pneumonia) dan Hib (Hemophilus influenza tipe B). Virus penyebab pneumonia tersering adalah respiratory syncytial virus (RSV), selain dari virus influena, rhinovirus, dan virus campak (morbili) yang dapat menyebabkan komplikasi berupa pneumonia.

Sebelum terjadi pneumonia, biasanya pasien mengalami selesma dengan gejala batuk, pilek, dan demam. Tanda-tanda balita mengalami pneumonia adalah bila terdapat peningkatan laju napas, hingga terjadi sesak napas yang semakin berat. Tanda terjadinya sesak adalah adanya tarikan dinding dada bagian bawah (retraksi) atau disebut chest indrawing setiap kali anak menarik napas. Napas cepat (ükipnu) merupakan nnda pneumonia yang penting, maka kader kesehatan perlu mengenali tanda awal ini dengan cara menghitung frekuensi napas selama satu menit penuh. Batasan laju napas cepat pada bayi kurang dari 2 bulan adalah lebih/sama dengan 60 kali per menit, pada bayi 2-12 bulan adalah 50 kali per menit sedangkan usia 1-5 tahun adalah 40 kali per menit. Selain takipnu dan retraksi, balita yang mengalami perburukan gejala ditandai dengan gelisah, tidak mau makan/minum, sianosis (kebiruan pada bibir), kejang, hingga penurunan kesadaran.

Kekebalan tubuh yang rendah juga menyebabkan risiko tinggi untuk anak mengalami pneumonia. Keadaan tersebut merupakan faktor risiko pneumonia yang dapat dicegah. Faktor risiko yang berperan pada kematian akibat pnemonia di Indonesia pada tahun 2017 adalah 63% gizi buruk, 17% polusi asap kendaraan, dan 1 5% pajanan asap rokok (secondhand smoker).

Untuk menanggulangi pneumonia terdapat tiga langkah utama yang dicanangkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO), yaitu 3P: Proteksi balita, Pencegahan pneumonia, dan Pemberian tata laksana pneumonia yang tepat.

Proteksi ditujukan untuk menyediakan lingkungan hidup yang sehat bagi balita, yaitu nutrisi yang cukup, ASI eksklusif sampai bayi usia 6 bulan, pemberian vitamin A, mencuci tangan, dan udara pernapasan yang terbebas dari polusi (asap rokok, asap biomassa, asap kendaraan, asap pabrik). Pemberian ASI ekslusif dapat menurunkan kejadian pneumonia pada sebesar 15-23%. Anak yang tidak mendapat ASI eksklusif berisiko 15 kali lebih besar terkena pneumonia dibandingkan anak yang mendapat ASI eksklusif. Sementara, dengan mengurangi paparan terhadap asap biomassa, kejadian pneumonia akan turun sebanyak 50%.

Pencegahan bayi dari sakit pneumonia terutama dilakukan dengan memberikan imunisasi lengkap kepada bayi. lmunisasi terkait pneumonia meliputi imunisasi campak, pertusis, pneumokokus (PCV) dan Haemophilus inluenzae tipe b (Hib). Seluruh imunisasi ini telah masuk ke program imunisasi nasional. IJntuk vaksin PCV belum termasuk dalam program, namun sejak tahun 2017 Kementerian Kesehatan telah merintis program imunisasi PCV untuk seluruh anak di Indonesia. Pemberian vaksin Hib dan PCV dapat menurunkan kejadian pneumonia pada balita hingga 49%.

Tata laksana pneumonia yang efektif meliputi meningkatkan kesadaran masyarakat mencari layanan kesehatan dan rujukan, memastikan diagnosis dan pengobatan yang cepat dan tepat di komunitas, memastikan akses Obat dan oksigen sera penyediaan makanan bergizi atau ASI. Upaya memerangi pneumonia merupakan jawab bersama pemerintah, praktisi kesehatan, swasta, dan masyarakat.

Pneumonia dapat menyebablan kematian dan seharusnya dapat dicegah. Tentu mencegah lebih baik daripada mengobati! Mari mulai dari diri sendiri, untuk anak cucu kita dan generasi penerus bangsa untuk STOP Pneumonia!

STOP Pneumonia. Susu ibu diberikan hingga umur 2 tahun, Tuntaskan Imunisasi, Obati dengan Tepat, dan Penuhi kebutuhan gizi.

Sumber KBR Warita

Author

Paul M Nuh

Beri Komentar
Komentar baru terbit setelah disetujui oleh admin
CAPTCHA Image