You must have JavaScript enabled in order to use this theme. Please enable JavaScript and then reload this page in order to continue.
Loading...
Logo Kalurahan HARGOREJO
Kalurahan HARGOREJO

Kap. KOKAP, Kab. KULON PROGO, Provinsi DI Yogyakarta

PEMERINTAH KALURAHAN HARGOREJO I SOSIAL MEDIA : Instagram @kalurahan_hargorejo I Twitter @pemkalhargorejo I Youtube : Kalurahan Hargorejo

Era 4.0, Jutaan Pelaku Usaha Mikro-Kecil Masih 'Buta Internet'

Administrator 26 November 2019 Dibaca 403 Kali

KBR, Jakarta - Dunia tengah bergerak memasuki era 4.0, era di mana berbagai aktivitas manusia ditopang teknologi siber seperti internet of thingscloud computing, dan artificial intelligence.

Sayangnya, Indonesia masih sangat jauh ketinggalan. Menurut laporan Profil Industri Mikro dan Kecil 2018 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), Kamis (14/11/2019), bahkan masih ada jutaan pelaku usaha lokal yang belum mampu memanfaatkan internet.

"Internet akan sangat membantu pelaku usaha dalam memperoleh dan berbagi informasi yang menunjang bisnisnya. Namun, penggunaan internet pada pelaku usaha skala mikro-kecil di Indonesia masih sangat minim," jelas BPS dalam laporannya.

Industri mikro-kecil adalah badan usaha dengan tenaga kerja kurang dari 20 orang.

Industri jenis ini bergerak di bidang yang sangat bervariasi. Sampai tahun lalu, bidang yang paling banyak digeluti adalah pengolahan dan penjualan makanan, kerajinan kayu, gabus, rotan, bambu, serta pakaian jadi.

 

Hanya 10 Persen Industri Mikro-Kecil yang Manfaatkan Internet

Berdasarkan survei BPS, sampai tahun 2018 ada sekitar 4,2 juta badan usaha mikro-kecil di Indonesia, yang totalnya melibatkan lebih dari 9 juta orang tenaga kerja.

Dari jumlah tersebut, hanya 10 persen badan usaha mikro-kecil yang memanfaatkan internet dalam berbisnis. Sedangkan sekitar 90 persen sisanya, atau kira-kira 3,8 juta badan usaha, masih offline.

Menurut BPS, masalah itu terkait dengan banyaknya masyarakat Indonesia yang berpendidikan rendah.

"Rendahnya pendidikan pengusaha IMK (industri mikro-kecil) sebesar 74,80 persen hanya menamatkan pendidikan sampai jenjang SMP ke bawah. Hal demikian ditengarai menjadi salah satu penyebab rendahnya penggunaan internet pada usaha IMK," jelas BPS.

"Diharapkan ada upaya khusus dari pemerintah untuk mengatasi kendala yang dialami pelaku usaha IMK dengan melakukan bimbingan, pelatihan, serta penyuluhan berbasis internet, sehingga hasil industri IMK bisa lebih luas jangkauannya," kata BPS lagi.

Di samping masalah internet, survei BPS menyebut pelaku usaha IMK banyak menghadapi kesulitan dalam permodalan, pemasaran, pengadaan bahan baku, akses energi/BBM, serta keterampilan.

Editor: Agus Luqman

Beri Komentar
Komentar baru terbit setelah disetujui oleh admin
CAPTCHA Image

APBDes 2024 Pelaksanaan

Pendapatan
Rp3,421,894,699 Rp3,428,029,699
99.82%
Belanja
Rp3,512,806,699 Rp3,556,005,689
98.79%
Pembiayaan
Rp127,976,678 Rp127,977,366
100%

APBDes 2024 Pendapatan

Hasil Usaha Desa
Rp13,600,000 Rp13,600,000
100%
Hasil Aset Desa
Rp107,710,000 Rp107,710,000
100%
Dana Desa
Rp1,694,238,000 Rp1,700,373,000
99.64%
Bagi Hasil Pajak Dan Retribusi
Rp171,785,308 Rp171,785,308
100%
Alokasi Dana Desa
Rp1,087,739,991 Rp1,087,739,991
100%
Bantuan Keuangan Provinsi
Rp225,000,000 Rp225,000,000
100%
Penerimaan Dari Hasil Kerjasama Antar Desa
Rp55,621,400 Rp55,621,400
100%
Penerimaan Bantuan Dari Perusahaan Yang Berlokasi Di Desa
Rp60,000,000 Rp60,000,000
100%
Bunga Bank
Rp5,000,000 Rp5,000,000
100%
Lain-lain Pendapatan Desa Yang Sah
Rp1,200,000 Rp1,200,000
100%

APBDes 2024 Pembelanjaan

Bidang Penyelenggaran Pemerintahan Desa
Rp1,589,974,340 Rp1,629,109,212
97.6%
Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa
Rp1,092,790,000 Rp1,146,097,200
95.35%
Bidang Pembinaan Kemasyarakatan
Rp410,387,159 Rp404,080,277
101.56%
Bidang Pemberdayaan Masyarakat
Rp233,545,800 Rp254,660,700
91.71%
Bidang Penanggulangan Bencana, Darurat Dan Mendesak Desa
Rp186,109,400 Rp122,058,300
152.48%