You must have JavaScript enabled in order to use this theme. Please enable JavaScript and then reload this page in order to continue.
Loading...
Logo Kalurahan HARGOREJO
Kalurahan HARGOREJO

Kap. KOKAP, Kab. KULON PROGO, Provinsi DI Yogyakarta

PEMERINTAH KALURAHAN HARGOREJO

Gunungan Tumpeng Sarana Komunikasi Manusia dengan Sang Pencipta

Admin Hargorejo 14 Juni 2023 Dibaca 181 Kali

Tumpeng sejatinya adalah nasi berbentuk kerucut yang dibuat dari nasi putih, nasi kuning, atau nasi gurih lalu diletakkan di atas tampah bambu atau di dalam tenong dalam bahasa jawa, lengkap dengan beragam lauk-pauk tradisional seperti ayam goreng, tempe, tahu, hingga ikan teri. Makanan yang selalu ada dalam acara-acara besar, seperti nyadran, bersih desa hingga seperti selamatan atau syukuran (khususnya di Jawa) ini penuh dengan makna dan filosofi yang begitu indah. Ia bahkan jadi sarana komunikasi antara manusia dengan sang pencipta, atau manusia dengan sesamanya. Meski tradisi gunungan maupun tumpeng telah ada jauh sebelum masuknya Islam ke pulau Jawa, tradisi tumpeng pada perkembangannya tetap lestari, seperti di Padukuhan Gunung Rego Kalurahan Hargorejo pada acara memetri dusun juga di adakan tumpengan dan kirab gunungan palawija.

Keberadaan tumpeng dan gunungan ini kemudian diadopsi dan dikaitkan dengan filosofi Islam Jawa. Dalam Islam, tumpeng dianggap sebagai pesan leluhur mengenai permohonan kepada Yang Maha Kuasa wong jowo menyebut tumpeng merupakan akronim (yen metu kudu sing mempeng) artinya bila keluar harus dengan sungguh-sungguh. Menurut  beberapa sumber yang didapat penulis saat berada di memetri dusun di Padukuhan Gunung Rego, makna gunungan hingga tumpeng yang berbentuk kerucut dari nasi tumpeng yang bentuknya mirip dengan gunungan yang merupakan gambaran awal hingga akhir simbol kehidupan manusia dengan alam sekitarnya yang berawal dari Tuhan kemudian akan berakhir di Tuhan, tumpeng juga menjadi representasi dari puncak gunung atau konsep Ketuhanan tersebut menjadi landasan dari bentuk tumpeng yang menjulang tinggi dan mengerucut .

Sedangkan gunungan filosofinya adalah bersedekah. Gunungan tersebut berisi hasil palawija sayur mayur dan hasil bumi lainnya. Ini sebagai bentuk doa dan rasa syukur warga atas hasil bumi yang melimpah dan harapannya selama satu tahun kedepan para warga masyarakat bisa mendapatkan keberkahan dari sedekah tersebut. Pada akhir acara memetri dusun  sebuah gunungan  biasanya diperebutkan oleh warga yang hadir dengan sangat antusias. (Agus S)

 

Beri Komentar
Komentar baru terbit setelah disetujui oleh admin
CAPTCHA Image