Filosofi pohon beringin dalam kebudayaan,pohon beringin adalah simbol dari sila ke-3 Pancasila (Persatuan Indonesia). Banyak jenis populasi pohon di wilayah kita seperti pohon beringin kimeng/microcarpa, beringin putih beringin India, beringin preh, beringin Afrika, beringin teluk moreton, beringin pancekik Florida, benjamina variegate, beringin preh/retusa, beringin Australia, dsb. Batang besar dengan akar melengkung besar di atas permukaan tanah, beringin ini biasanya tumbuh di atas pohon lain dan perlahan menutupi pohon inangnya. Menariknya, di musim hujan pohon akan mengeluarkan akar gantung atau akar terakhir, ada jenis pohon beringin pancekik Florida atau ficus aurea. Pohon ini memiliki getah yang bisa menjadi bahan baku utama pembuatan permen karet. Keluarga ficus termasuk salah satu kelompok tumbuhan yang memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi dan umumnya banyak terdapat pada tipe ekosistem dataran rendah.
Dilaporkan jumlah jenis ficus di seluruh dunia bahkan bisa mencapai 1000 an jenis, perdu/semak/pencekik, kemudian mengeluarkan akar angin yang memanjang hingga menyentuh tanah,seperti di Hargorejo masih ada beberapa jenis pohon beringin yang besar tapi keberadaanya sudah mulai langka dan jarang kita dapati. Di wilayah pedukuhan Ngaseman Rt 025/007 masih berdiri pohon beringin iprik yang kokoh, sebagai sumber mata air maupun perindang dan bisa menjaga kelembaban udara disekitarnya. Hanya beberapa pohon yang masih berdiri kokoh seperti di wilayah pedukuhan Ngaseman, selo timur sangkrek, pandu, sambeng dan Anjir. Pertumbuhan khas keluarga ficus, seperti beringin di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa, banyak ditemukan di kultivasi, pekarangan,atau tumbuh liar di hutan primer maupun sekunder di ketinggian di bawah 1.400m, pemanfaatannya sudah berkembang menjadi obat dan akar gantungnya digunakan sebagai obat pilek, demam, radang amandel, nyeri sendi, memar, impotensi. Sementara daunnya dimanfaatkan sebagai obat flu, bronkitis, batuk rejan, malaria, radang usus akut, disentri, dan kejang panas pada anak, demikian manfaatnya dikutib dari Dalimartha (1999) dan Sutomo (2009).
Pada masa kerajaan Hindu-Budha, tanaman ini dihormati layaknya candi yang dianggap sebagai tempat untuk dewa. Penelitian Viekkle (2008) mengungkapkan bahwa di era tersebut, beringin dianggap sebagai tempat keramat. dalam kebudayaan Jawa. Sarpakenaka, Sementara menurut Heyne (1987) dan Duyono (2007), dalam pandangan budaya Jawa, pohon beringin paling dihormati dibanding tanaman lain karena dianggap suci dan sakral. Sehingga tanaman ini mendapat sesaji, Secara umum, pohon beringin dianggap sebagai lambang watak pemimpin yang baik, dimana harus dapat mengayomi. Sehingga tanaman ini banyak ditanam di tempat penguasa sebagai pengingat pada mereka.
Hargorejo 6 april 2022
Penulis : Agus s
Editor : Hendra