Hargorejo, Selasa (14/04/2020) Kita semua tentu sering mengalami hal ini. Firasat, jika kita mengalami sesuatu hal maka secara tidak langsung alam bawah sadar kita sering menghubungkan dengan sesuatu kejadian yang akan kita alami kemudian.
Firasat bukanlah ramalan. Dalam KBBI firasat diartikan sebagai keadaan atau kecakapan untuk meramalkan sesuatu dengan melihat keadaan. Jadi firasat adalah sebuah kemampuan dan saya memahami ramalan adalah hasil dari firasat tersebut.
Sekitar 3 Minggu yang lalu, hampir selama 1 minggu saya memasak nasi tapi saya tidak habis pikir, ketika nasi yang saya masak adalah beras yang sama, alat yang sama, air dari sumber yang sama dan cara yang sama. Tapi hampir selama 1 minggu nasi yang saya masak cepat sekali basinya. Biasanya nasi yang saya masak pagi, sampai pagi lagi masih akan baik-baik saja meskipun untuk kemudian menjadi pakan ayam. Tapi tidak untuk kejadian selama satu minggu kemarin.
Apa yang akan terjadi? fikir saya, Ilmu titen yang pernah saya dengar dari Simbah mulai menganggu pikiran. Simbah pernah bilang, jika kita masak nasi dan cepat basi tauapun berair itu tandanya ada anggota keluarga kita yang akan atau sedang sakit.
Kejadian satu minggu itu, saya kroscek dengan beberapa teman dan saudara. Ternyata ada 5 keluarga yang saya tanyai mengalami hal yang sama. Apa firasat ini benar? Saya jadi berfikir, jika semua orang mengalami firasat yang sama mungkin bukan keluarga terdekat kita yang sakit. Tapi kondisi dan keadaan kita yang sakit. Saya jadi mengaitkan hal itu dengan pendemi saat ini. Dimana ribuan orang di negara kita sakit karena pendemi ini. Dan betapa Pendemi ini membuat kita menjadi berfikir tentang banyak hal bukan ?
Betapa Tuhan dan alam sedang menguji dan menyeleksi kita. Mengingat firasat nasi cepat basi, saya jadi banyak menelisik tentang ilmu titen dari orang-orang tua terdahulu yang sekarang hampir kita lupakan petuahnya.
Semoga alam segera membaik, badai segera berlalu. Cukuplah Corona mengingatkan kita betapa kecil sebenarnya hamba-hamba seperi kita ini. Dan cukuplah Corona mengingatkan kita akan takutnya kematian.
Penulis :Kemiyati Wirono
#tetapdirumah
#pesandalamtulisan